Pendakian Gn. Sumbing-Sundoro

Posted on January 10, 2012

0



Aku selalu sadar bahwa mendaki gunung merupakan kegiatan yang sangat beresiko. Aku juga sadar bahwa bahaya merupakan komponen terpenting dalam permainan ini—tanpa itu, mendaki gunung tidak berbeda dengan rekreasi rutin yang lain. Rasanya menyenangkan bisa bersentuhan dengan sebuah keabadian yang menyimpan sejuta teka-teki, melihat sekilas wajahnya yang terlarang. Mendaki merupakan kegiatan yang mengagumkan, aku sangat yakin akan hal itu, bukan karena berbagai resiko yang terkandung di dalamnya, melainkan justru karena semua resiko tersebut.

John Krakauer

Dalam “Into Thin Air”

Beberapa hari setelah pendakian tragis ke Everest, Mei 1996

Mukadimah

Pada ekspedisi kali ini kami hanya berdua. Aku hanya ditemani oleh seorang kawanku, namanya Dwiko. Seorang kawan yang kukenal saat mendaki Gunung Lawu, Jawa tengah akhir tahun 2007 yang lalu. Kami pun pernah beberapa kali mendaki bareng setelahnya, antara lain dalam pendakian ke Gunung Slamet, Gunung Pangrango, dan untuk kali ini Gunung Sundoro-Sumbing. Pastinya kami sudah sangat dekat. Aku sendiri telah menganggapnya sebagi saudaraku. Bukan hanya sebagai saudara pendakian, melainkan juga sebagai keluarga, dan bukan orang lain lagi.

Pendakian Sundoro-Sumbing merupakan ekspedisi lanjutanku, yaitu ekspedisi ‘Triple S’, Slamet, Sundoro, dan Sumbing. Sebenarnya, rencananya ekspedisi ini kulakukan awal tahun 2008 lalu. Namun, karena beberapa kendala dan buruknya cuaca waktu itu membuatku mengurungkan rencana itu. Kali ini, setelah semuanya siap dan cuaca juga mendukung aku pun melanjutkan ‘Ekspedisi Triple S’ ku yang sempat tertunda. Sundoro-Sumbing menjadi misiku selanjutnya, setelah puncak Slamet yang berada pada ketinggian 3.428 MDPL berhasil kugapai.

 

bersambung…

Posted in: Expedition